Melihat Model Pengelolaan Biogas di Lubuk Salasih

Hujan masih setia membasahi Kota Bukit Tinggi sejak kemarin siang, kondisi ini tidak menghalangi para peserta kegiatan Workshop Renewable Energy PNPM LMP region Sumatera untuk berangkat melaksanakan kegiatan fieldtrip. Lokasi fieldtrip yang akan dituju merupakan sebuah perusahaan yang memproduksi Teh Hijau Organik (Bio-Tea), dimana bahan bakar untuk generator listriknya bersumber dari bio-gas. Nama perusahaan ini adalah PT. SHGW Bio-Tea Indonesia, berlokasi di Lubuk Salasih, Nagari Batang Barus, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat. Perusahaan yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh Stichting Het Groene Woudt (SHGW)-Netherlands ini memiliki kebijakan untuk menggunakan bahan bakar generator listriknya dari bio-gas, luar biasa....

Perusahaan yang mengembangkan tanaman teh organik ini, ternyata juga mengembangkan unit usaha peternakan sapi yang saat ini berjumlah 100 ekor. Dari usaha ternak sapi ini dapat menghasilkan kotoran sapi. Dari kandang sapi setiap harinya menghasilkan 2 s/d 3 ton kotoran sapi. Dengan jumlah ketersediaan kotoran sapi sebanyak itu, maka unit pengolahan bio-gas mampu menghasilkan gas alam sebanyak 4.000 m3. Volume ini sudah lebih dari cukup untuk menyediakan bahan bakar gas yang di butuhkan untuk mengoprasikan pabrik teh dan sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik.

Perusahaan ini telah mengaplikasikan praktek pertanian konservasi yang dapat melestarikan tingkat kesuburan tanah secara kesinambungan. Sumber nutrisi bagi tanaman (pupuk) disuplai dari pupuk kompos (organik), baik yang berasal dari kotoran ternak maupun pelapukan sisa-sisa tanaman, ampas biji jarak pagar. Kotoran ternak, sisa-sisa pakan ternak dan ampas hasil perasan biji jarak, akan di proses menjadi kompos dengan metode ramah lingkungan dan di bawah pengawasan para ahli terkait. Proses pembuatan kompos di lakukan dengan 2 cara: yaitu melalui an-aerobik melalui proses fermentasi di kolam bio-gas dan aerobik dengan pelapukan oleh jasad renik di daerah terbuka. Dengan kapasitas produksi kotoran ternak per-hari sekitar 2 s/d 4 ton, maka perusahaan mampu menghasilkan pupuk organik rata-rata 3 ton per harinya.

Pupuk organik ini akan di manfaatkan untuk pemupukan kebun teh rakyat, sehingga petani dapat melaksanakan kegiatan pemupukan untuk peningkatan produksi dengan cara yang ramah lingkungan dan dapat mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia. Disamping kotoran ternak, unit peternakan juga merupakan unit usaha yang prospektif karena menghasilkan daging sapi bermutu tinggi dan sangat diminati oleh pedagang di Sumatera Barat. Jenis sapi yang di pelihara di kandang ini adalah Brahman cross (BX) asal Australia, dengan berat badan rata-rata siap jual 450 s/d. 590 kg per ekor. Disamping penggemukan, perusahaan juga sedang mengembangkan kegiatan perbanyakan bakalan sapi (breeding).

Perusahaan ini juga telah membangun unit pengolahan bahan bakar bio-diesel untuk mengolah biji jarak pagar (Jatropha Curcas) menjadi bio-diesel (PPO). PPO ini dimanfaatkan langsung sebagai bahan bakar generator untuk menghasilkan llistrik. Total daya yang di hasilkan adalah 300 kVA. Daya listrik sebanyak itu dimanfaatkan untuk sumber tenaga listrik dan penggerak mesin-mesin pengolahan di pabrik teh hijau organik, motor-motor penggerak mixer dan hammer mill dan mesin press jarak pagar. Unit bio-diesel memiliki 2 buah mesin press dengan kapasitas press 1,5 ton per jam atau 8 s/d. 10 ton per hari. Dari unit akan dihasilkan bio-diesel dari jarak pagar sebanyak 1.500 s/d. 2.000 liter minyak jarak mentah (PPO) per hari. Volume minyak jarak tersebut sudah mencukupi untuk menyediakan bahan bakar yang ramah lingkungan yang di butuhkan oleh perusahaan.