Catatan dari pelatihan CSO PNPM LMP di Kota Bandung

Penyelenggaraan peningkatan kapasitas dan penyadartahuan kepada para pihak dalam PNPM LMP yang menjadi tanggung jawab CSO (WCS dan Konsorsium) merupakan tantangan tersendiri selama tahun 2011 ini. Tidak mudah untuk menjalankan proses tersebut. Dari Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, dan Sulawesi Utara memiliki karakter tersendiri sehingga memerlukan pendekatan yang berbeda pula di tiap provinsi. Dengan segala kekurangan yang dimiliki oleh CSO, telah ditunjukkan kemajuan yang signifikan di masing-masing lokasi pilot. Beberapa hal yang cukup menggembirakan antara lain:

  • Terlatihnya seluruh fasilitator di tingkat kecamatan, kabupaten, dan provinsi di lokasi pilot PNPM LMP dalam pelatihan penyegaran fasilitator yang juga didukung oleh CSO di wilayah Sumatera dan Sulawesi, termasuk On Job Training (OJT) yang dilakukan di masing-masing wilayah secara bertahap. Dengan adanya pelatihan penyegaran ini diharapkan peran fasilitator semakin kuat dan materi-materi yang diberikan oleh narasumber termasuk CSO dapat diterapkan di lapangan sesuai dengan kondisi masing-masing lokasi;
  • Masyarakat, termasuk perempuan dan remaja perduli dengan isu lingkungan dan terlibat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan. Secara nasional, keterlibatan peran perempuan saat ini sebanyak 32% dari seluruh aktivitas proses perencanaan hingga pelaksanaan kegiatan dan pemantauan pasca pelaksanaan kegiatan. Hal ini didukung dengan adanya bahan-bahan penyadartahuan (poster, booklet, modul, dll.) yang dibuat oleh CSO serta pelatihan-pelatihan tematik yang dilakukan di masing-masing lokasi pilot; Expedisi yang dilakukan bersama Pewarta Foto-PPWI turut mengkampanyekan kegiatan PNPM LMP.
  • Demplot pengelolaan sumberdaya alam/Natural Resources Management (NRM) misalnya kebun bibit desa/KBD yang dikembangkan di lokasi pilot telah diadopsi ke dalam BLM 2011 ataupun terkait Income Generating Activities (IGA) telah dikembangkan model ekonomi produktif ramah lingkungan (budidaya lebah madu, dll). Pengembangan demplot energi terbarukan/RE telah diadopsi pada BLM 2011 dan mempengaruhi daerah di luar lokasi pilot untuk dikembangkan, misalnya biogas dan pikohidro;
  • Sebagai bagian dalam mendorong diadopsinya kebijakan local, CSO melakukan pendampingan terhadap penyempurnaan RPJMDes yang diharapkan akan dapat mempengaruhi kebijakan di atasnya dalam perencanaan pembangunan yang berkelanjutan di lokasi pilot.

Capaian-capaian di atas dapat terlaksana berkat dukungan Konsorsium CSO (WCS, YAPEKA, OIC, PETRA, LASP, dan ULAYAT) serta dukungan dari pihak terkait antara lain PSF-WB, PMD dan NMC, Pemerintah Daerah, serta masyarakat selaku aktor dari program ini di daerah masing-masing.

Dari hasil supervisi Bank Dunia pada tahun 2011, terdapat beberapa rekomendasi agar ke depan lebih baik. Rekomendasi tersebut antara lain :

  • memperkuat koordinasi dan komunikasi dengan para pihak terkait,
  • pendokumentasian pembelajaran baik dan buruk,
  • memetakan keberhasilan program lain untuk bisa diadopsi dalam program “green“,
  • peningkatan pengetahuan dan kapasitas mitra lokal dalam mengarustamakan isu gender dan safeguard,
  • perlu merancang strategi untuk 2012 dalam upaya meningkatkan dampak/mempengaruhi usulan BLM.
Tahun 2012 ke depan sudah di depan mata dan tantangan akan semakin kompleks. Tentunya dibutuhkan kerjasama yang makin erat dari semua pihak agar pada akhir PNPM LMP sebagai pilot program ini dapat sukses. Indikator keberhasilan tidak bisa dicapai oleh satu pihak saja, melainkan didukung pula oleh komponen yang lain untuk saling melengkapi.
AW